SUATU hari seorang ulama terkenal bernama Abdullah bin
Al-Mubarak berkata: "Kasihan ahli dunia. Mereka keluar dari dunia sebelum
merasai perkara yang paling lazat di dalamnya."
"Apakah perkara yang paling lazat di dunia?," tanya
murid-muridnya.
Ibnu Al-Mubarak menjawab: "Mengenal (Makrifat)
Allah."
Mengenal Allah merupakan keperluan asas fitrah manusia.
Selagi mana seseorang belum mengenali tuhannya, selama itu juga jiwanya terasa
kosong, kering dan tak bermakna.
Namun ketika ia mula mengenal tuhannya, maka pada saat itu
ketenangan membasahi kalbunya. Hatinya merasakan kebahagiaan yang keindahannya
tak tergambar dengan kata-kata.
Berkata Ibnu Taymiah: "Sesungguhnya kelazatan,
kegembiraan, kenikmatan dan kebahagiaan yang tidak mungkin digambarkan dengan
kata-kata hanya boleh kita rasai apabila mengenal Allah, mentauhidkan-Nya dan
beriman kepada-Nya... Hati tidak akan merasai kegembiraan dan kelazatan
sempurna melainkan apabila ia mencintai Allah dan mendekatkan diri
kepada-Nya."
Sayangnya, syaitan selalu menyibukkan manusia daripada
mendapatkan hajat asasi ini. Setiap hari minda dan hati manusia selalu
diingatkan dengan harta, takhta dan wanita. Akhirnya, Allah menjadi hilang
daripada kesedaran manusia.
Dalam hadis qudsi, Allah berfirman: Sesungguhnya Aku telah
menciptakan semua hamba-hamba-Ku dalam keadaan hanif (cenderung kepada
kebenaran), namun syaitan-syaitan lalu mendatangi dan menjauhkan mereka
daripada agamanya. Syaitan-syaitan mengharamkan apa yang telah Aku halalkan dan
menyuruh manusia untuk mempersekutukan diri-Ku dengan sesuatu yang tidak
memiliki kuasa apa-apa. (riwayat Muslim)
Perisa ibadah
Makrifatullah seolah menjadi perisa ibadah. Kita tidak akan
mendapatkan kenikmatan ibadah selagi mana kita belum mengenal pihak yang kita
sembah dalam ibadah tersebut. Kita belum tahu siapa Dia, dan mengapa kita harus
patuh kepada-Nya?
Namun apabila kita mengenal-Nya, kita pasti jatuh cinta
kepada-Nya. Apabila kita mencintai sesuatu, kita akan ingin selalu bersamanya.
Pada satu tahapan, kita tidak dapat hidup tanpa pihak yang kita cintai itu.
Semua ini berlaku pada diri Rasulullah, para sahabat dan
ulama salaf soleh kita terdahulu. Mereka merasakan ibadah sebagai salah satu
saat-saat yang paling manis di dalam hidup mereka. Rasulullah bersabda:
"Allah membuatku mencintai wewangian dan wanita. Dan kebahagiaan aku rasai
apabila tengah melakukan solat." (riwayat al-Nasai)
Justeru, apabila orang yang tidak mengenal Allah melihat
ibadah sebagai bebanan, orang yang mengenal Allah melihatnya satu kesempatan.
0 comments:
Post a Comment